Minggu, 05 Januari 2014

TEKNIK NON TES DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN



Apa yang pertama kali terlintas di benak anda, bila disuguhkan dengan sebuah pertanyaan “Menurut anda apa itu evaluasi?” . Tentunya anda tidak akan menjawabnya hanya dengan senyuman saja ‘kan? Pastinya anda akan menjawab, EVALUASI adalah proses untuk mengetahui ketercapaian sebuah tujuan, salah satu cara menuju perbaikan, kegiatan yang biasa dilakukan guru di sekolah, proses untuk mengukur dan menilai sebuah kegiatan berdasarkan parameter tertentu, atau kegiatan mengambil keputusan tentang keberlangsungan sebuah program. Adakah yang salah dengan semua jawaban tersebut? Tidak ada. Namun alangkah lebih baiknya sahabat semua cari referensi lagi yang akurat dan terpercaya yang bersumber pada pakar-pakar ilmu pengetahuan tentang pendidikan beserta evaluasinya .... ^.^
Jadi pada intinya, evaluasi itu merupakan suatu kegiatan mengukur dan menilai berdasarkan parameter tertentu yang tujuan akhirnya adalah untuk melihat kualitas/tingkat ketercapaian dari kegiatan yang sudah dijalankan. Apakah sudah sesuai dengan yang telah direncanakan atau belum? Apakah kegiatan yang dijalankan sudah layak atau bermanfaat? Apakah kegiatan yang dijalankan harus dimodifikasi atau diganti sama sekali?
Agar proses yang dilakukan tersebut berjalan secara efektif, maka dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan prinsip-prinsip. Salah satunya adalah dengan memilih teknik evaluasi yang sesuai dengan karakteristik yang akan diukur, menggunakan berbagai teknik evaluasi guna mendapatkan evaluasi yang menyeluruh.




Berikut adalah penjelasan mengenai tehnik Evaluasi untuk mengetahui seberapa berhasilnya proses evaluasi berjalan di dalam dunia pendidikan....
TEKNIK EVALUASI PENDIDIKAN
Tentunya, evaluasi mempunyai beberapa teknik yang berusaha mencari solusi lebih baik dalam mengejar keerhasilan belajar. Pada dasarnya evaluasi itu dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk tes yaitu :


  •    Teknik non tes
  •   Teknik tes



JJ{TEKNIK NON TES DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN{JJ
1.      Karakteristik dari tehnik ini yaitu :
*      Teknik non tes dalam evaluasi pembelajaran yaitu Teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes.   Maksudnya adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik.
*       Dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik.
*       Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya.
*       instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra.
2.      Jenis – Jenis Non Tes
1.   Pengamatan (Observation)
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.  Tujuan utama observasi antara lainn :
*      Mengumpulkan  data  dan  inforamsi  mengenai  suatu  fenomena,  baik  yang  berupa peristiwa  maupun  tindakan,  baik dalam  situasi  yang sesungguhnya  maupun  dalam situasi buatan.
*      Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta  didik  dan  guru,  dan  faktor-faktor  yang  dapat  diamati  lainnya,  terutama kecakapan sosial (social skill)
*      Menilai  tingkah  laku  individu  atau  proses  yang  tejadi  dalam  situasi  sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.
Observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
*      Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
*      Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
*      Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
*      Praktis penggunaannya.
Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
*      Observasi  berstruktur,  yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya.  Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan  dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
*      Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
*        Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
*        Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
*        Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Kelebihan dari jenis tes ini adalah Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena, Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan, Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observas, dan Tidak terikat dengan laporan pribadi. Kekurangannya Seringkali  pelaksanaan  observasi  terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri, Biasanya masalah pribadi sulit diamati, dan Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
2.      Wawancara (Interview)
wawancara adalah suatu teknik pengumpulan  data dengan jalan mengadakan  komunikasi  dengan sumber.  Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi). Maksudnya adalah semua proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain, mendengar dengan telinganya sendiri suaranya.
Ada dua jenis wawancara :
*       Wawancara   terpimpin  (guided  interview),  biasanya  juga  dikenal  dengan  istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan  yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
*       Wawancara  tidak  terpimpin  (un-guided  interview),  biasanya  juga  dikenal  dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non- systematic   interview)   atau   wawancara   bebas,   diamana   responden   mempunyai kebebasan  untuk  mengutarakan  pendapatnya,  tanpa  dibatasi  oleh  patokan-patokan yang  telah  dibuat  oleh  evaluator.
Ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1)  Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
2)  Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah. 
3)  Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Kelebihan Wawancara :(1)  dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu ; (2) mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber ; (3) Pertanyaan dapat diajukan secara  berurutan  sehingga  sumber  dapat  memahami  maksud  penelitian  secara  baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula ; (4) Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan ; (5) Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Kelemahan Wawancara : (1) memerlukan  banyak waktu  dan tenaga  dan juga mungkin  biaya ; (2) dilakukan  secara tatap muka,  namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi ; (3) keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.
3.      Angket (Questionnare).
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam  proses  pembelajaran  terutama  adalah  untuk  memperoleh  data  mengenai  latar belakang  peserta  didik sebagai  salah satu bahan dalam menganalisis  tingkah laku dan proses belajar mereka.
Beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
       Mengumpulkan   informasi   sebanyak   mungkin   dari   siswa   tentang   pembelajaran matematika.
       Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
        Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
        Membantu anak yang lemah dalam belajar.
        Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.
Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
*      Pertanyaan  fakta adalah pertanyaan  yang menanyakan  tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
*      Pertanyaan  perilaku  adalah  apabila  guru menginginkan  tingkah  laku  seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
*      Pertanyaan    informasi   adalah   apabila   melalui   instrument   itu   guru   ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
*      Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan  predisposisi,  dan nilai-nilai  yang berhubungan  dengan  objek  yang dinilai.
Kelebihan angket : Dengan  angket kita dapat memperoleh  data dari sejumlah  anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang singkat, Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama, dan dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan. Kelemahan angket, antara lain : Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal- hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali ; Kadang-kadang  pertanyaan  yang  diberikan  tidak  dijawab  oleh  semua  anak,  atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail; dan Ada  kemungkinan  angket  yang  diberikan  tidak  dapat  dikumpulkan  semua,  sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
4.      Pemeriksaan Dokumen  (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa  menguji  (teknik  non-tes)  juga  dapat  dilengkapi  atau  diperkaya  dengan  cara melakukan  pemeriksaan  terhadap  dokumen-dokumen,  misalnya:  dokumen  yang menganut  informasi  mengenai  riwayat  hidup  (auto biografi),  seperti kapan kapan  dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan  sebagainya.  Selain  itu  juga  dokumen  yang  memuat  informasi  tentang  orang  tua peserta  didik,  dokumen  yang memuat  tentang orang tua peserta  didik, dokumen  yang memuat tentang lingkungan non-sosial,  seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya.
5.      Study Kasus (Case Study)
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar.
Studi kasus sering digunakan  dalam evaluasi,  bimbingan,  dan penelitian.  Studi ini menyangkut  integrasi  dan  penggunaan  data  yang  komprehensif  tentang  peserta  didik sebagai  suatu  dasar  untuk melakukan  diagnosis  dan mengartikan  tingkah  laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah  satu  alat  yang  digunakan  adalah  depth-interview  , yaitu  melakukan  wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan  dan kebutuhan,  perkembangan  kesehatan,  dan sebagainya.
 Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan
komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya  adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan,  melainkan  hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar